Home
»
Seni dan Sastra
»
Sosok
»
Leksi S. Y. Ingguoe, Penyusun Kamus Rote – Indonesia :“Agar tidak digolongkan Suku Primitif”
Tergelitik terus menerus oleh pernyataan dosen idolanya, bahwa Komunitas etnis, suku yang tidak mempunyai kamus , adalah suku primitif, memantik tekadnya untuk menyusun Kamus ,Rote – Indonesia.
“pernyataan itu acap saya dengar dan terima dari beberapa Dosen saat perkuliahan. Paling sering diingatkan Prof. DR. Feliks Sanga, M.Pd (Almarhum). Bagi saya ini kalimat motivasi” Kata Leksi mengawali percakapan kami di suatu sore Nopember 2024 lalu di Kota Kupang.
Kalimat motivasional sang guru besar, ternyata efektif, mamacu adrenalin Leksi, yang dengan segala keterbatasan sarana dan keuangan, melakukan berbagai langkah dan usaha
“Saya tak mau orang Rote digolongkan sebagai suku Primitif karena tidak mempunyai kamus. Saat kuliah saya tidak punya laptop, keuangan juga sangat sangat terbatas…tapi motivasi ini sangat kuat walau pernah di satu waktu pernah harus bertemu seorang narasumber di Rote Timur, di tengah perjalanan, ban motor pecah dan kehabisan Bensin jauh dari pemukiman warga…Sempat nangis karena merasa berjuang sendirian” kenang penulis muda yang produktif ini.
Kamus pertama terkait bahasa Rote telah ada sejak 113 tahun lalu, disusun oleh J. C. G. Joker, diterbitkan oleh E. J. Brill, Leiden tahun 1908 dengan judul Rotiineesch – Hollandsch Woordenboek (Kamus Rote – Belanda). “Kamus ini disusun dalam terjemahan bahasa Belanda, menjelaskan arti entri dan contoh kalimat menggunakan bahasa Rote dialek Termanu, namun dalam entri jonker memasukan kosa kata yang digunakan oleh dialek lainnya” (Ingguoe, i, 2021)
Proses kreatif Leksi menyusun Kamus Rote – Indonesia dimulai ketika melakukan pengumpulan data bahasa Rote untuk kebutuhan tugas matakuliah di tahun 2007. “Selama Kuliah 2005 – 2014, saya tidak punya laptop. Karena tidak punya laptop, saya melakukan pencatatan secara manual. Dimulai dengan klasifikasi Kosa Kata setiap dialek bahasa Rote. Saya terbantu karena ada Nara sumber dari setiap dialeg. Kamus Rote – Belanda juga jadi referensi, tetapi karena uraian kamus ini dalam bahasa belanda, maka saya sekalian secara otodidak belajar bahasa belanda agar bisa menerjemah dan mengerti kamus Rote – Belanda itu. “Dari narasumber dan referensi lainnya saya dapat ide dan inspirasi. Setiap ada ide, saya langsung tuangkan dalam catatan” ungkap Leksi.
Setelah pencatatan, proses berlanjut ke penyusunan kartu data entri, penyusunan data dan penyajian.
Memasuki tahap penerbitan, Leksi mengalami kendala ketiadaan biaya. Berbagai usaha meminta dukungan ke Pemerintah setempat tidak berbuah hasil…Tetapi adagium proses tidak menyangkali hasil, adalah benar. Tahun 2021, Leksi beranikan diri menyampaikan proposal ke Program Fasilitas Bidang Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Tehnologi RI. “Proposal saya dipertimbangkan dan Saya diwawancarai secara daring. Proposal saya diterima dan saya diminta segera ke kementerian. Di sana baru saya tahu bahwa penganggaran APBN untuk cetakan Kamus perlembar dihargai 100 Ribu Rupiah dengan minimal jumlah entri 3000 . Saat itu entry saya sudah 3000 lebih sehingga Saya mendapat bantuan 40 Juta Rupiah. Penyalurannya dengan sistim termin.Termin I saya terima Rp 32 Juta. sisanya Rp 8 Juta masuk termin ke II yang baru dapat diklaim setelah cetak.”kisah ayah tiga orang anak buah kasihnya dengan Nsang isteri, Klara Manafe ini.
Jadi Kurang lebih 13 tahun, terhitung sejak awal penyusunannya ditahun 2007, akhirnya pada Desember 2021, Kamus Rote – Indonesia, yang disusun Leksi S. Y. Ingguoe, diterbitkan dengan jumlah 307 halaman. “Dari dana 32 Juta rupiah itu Saya bisa cetak sebayak 100 eksemplar , saya alokasikan juga untuk honor para nara sumber, masyarakat penutur asli dan saya sebagai Penyusun.Masih tersisa Rp. 1.075.000, saya kembalikan ke kas Negara. Termin ke II sebesar Rp. 8 Juta tidak saya klaim lagi. ” aku pak Guru yang sering diminta Badan Bahasa NTT sebagai Narsum workshop penulisan cerpen berbahasa daerah ini.
100 eksemplar kamus Rote – Indonesia ini dibagikan gratis ke Puluhan SMP dan SMA, Pemerintah Rote Ndao (Badan Arsip dan Perpustakaan), Tokoh Budaya dan Masyarakat Rote Ndao serta sejumlah mahasiswa yang hadir pada saat launching di awal tahun 2022. “Kamus ini tidak diperjualbelikan. Bila ada pihak lain ingin mendapatkan gratis kamus ini, silahkan menyampaikan permohonan ke Kemenristek RI. Saya akan memfasilitasi’ janji Leksi, inisiator dan penjuang Ti’i Langga sebagai warisan budaya Nasional ke Kementrerian Pariwisata pada tahun 2020 ini. Salute Bung Leksi. Terus berkarya dan tetap berintegritas. (Xavier)
Biogafi Penyusun
Nama : Leksi S. Y. Ingguoe
Tempat Tanggal Lahir : Rote, 13 Agustus 1985
Pendidikan (Strata1) : Bahasa & Sastra Indonesia FKIP UNDANA
Moto : Aku Ingin Hidup 1000 Tahun Lagi. Dengan Karya (Tulis)
Pekerjaan : Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Lobalain ( 2014 hingga saat ini)
Karya Tulis :
Posted in Sosok