“ para anak yang menjadi korban membutuhkan pola pikir baru yang sehat dan positif untuk membantu mereka bertahan. Ini dapat dilakukan melalui proses konseling, terapi dan penyadaran ulang perlu diajarkan agar korban yang mengalami traumatis berat bisa kembali berinteraksi dengan masyarakat luas. Sehingga korban pun bisa mengekspresikan perasaan dalam hubungan antar pribadi yang sehat, normal yang akan mereka hadapi.”
Predator anak Kembali beraksi di Kota Kupang. Kekerasan seksual terhadap anak di tahun 2025 yang menghebohkan terungkap Ketika 4 Januari 2025, seorang guru seni (laki-Laki) ditangkap pihak kepolisian karena melakukan kekerasan seksual (Sodomi) terhadap dua orang siswanya…..Mirisnya itu dilakukannya terhadap korban saat para korban masih siswa SMP dan berlanjut hingga para korban di SMA saat ini. Tidak hanya mensodomi, Kung opa juga melakukan eksploitasi dengan merekam video aksi bejadnya. Para korban harus melayani nafsu kejinya bila tak mau video mesum itu disebar… Merunut ke tahun tahun di balakang , kasus kekerasan seksual terhadap anak perempuan dan laki laki di Kota Kupang meningkat dari tahun ke tahun. Dinas pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak Kota Kupang mencatat tahun 2021 , 60 Kasus, 2022, 127 kasus , 2023 132 kasu. Perss pernah melaporkan kasus yang amat miris di tahun 2019. Seorang siswa SMP berusia 13 tahun mensodomi seorang siswa SD berusia 9 tahun. Dalam penelusuran psikolog, pelaku mengaku pernah disodomi oleh guru dan kakak kelasnya…
Data yang ada hanyalah puncak dari sebuah gunung es… Fata kekerasan seksual terhadap anak sesungguhnya ada begitu banyak, terkubur dalam lautan rasa malu dan ketakutan para korban dan keluarganya….Pengawasan terhadap pergaulan dan komunikasi anak oleh orang tua dan masyarakat efektif melakukan pencegahan, tetapi Banyak anak korban kekerasan dan pelecehan seksual seperti sodomi yang akhirnya memiliki pola pikir negatif, ditambah dengan perasaan depresi dan merasa tidak berdaya. Para koban bahkan berpotensi menjadi pelaku disuatu hari nanti.
Bagaimana memutus mata rantai traumatic yang dialami para korban sehingga bertumbuh menjadi pribadi yang normal ? Menjawab pertanyaan ini, Amzal Xavier dari PrakarsaNew.com mewawancarai Dr. DAP Shinta Widari , SpKJ, MARS , Pemilik dan Pemimpin Klinik Dewanta Mental HealtCare“, Jumat , 10 Januari 2025
“ para anak yang menjadi korban membutuhkan pola pikir baru yang sehat dan positif untuk membantu mereka bertahan. Ini dapat dilakukan melalui proses konseling, terapi dan penyadaran ulang perlu diajarkan agar korban yang mengalami traumatis berat bisa kembali berinteraksi dengan masyarakat luas. Sehingga korban pun bisa mengekspresikan perasaan dalam hubungan antar pribadi yang sehat, normal yang akan mereka hadapi.”
Berikut petikan wawancara tersebut :
Amzal Xavier : Terkait kasus Kung Opa ( guru ) yg melakukan kejahatan seksual pada siswa, Menurut perspektif psiklog apakah orientasi seksual seperti itu dikategorikan genetika atau bentukan lingkungan (pengaruh lingkungan ). penjelasan Ibu Dokter?
Dr. Shinta : Kejahatan seksual yg dilakukan oleh kung opa disebut sebagai pedofilia. Penyebab pasti terjadinya pedofilia belum pasti tetapi beberapa faktor bisa berperan seperti faktor biologi krn adanya ketidakseimbangan hormon, faktor psikologi krn adanya trauma masa kecil, gangguan kepribadian dan faktor lingkungan yaitu pengaruh lingkungan dan social budaya atau adanya paparan konten pornografi anak
Amzal Xavier : Para korban dari perilaku sodomi cenderung akan menjadi pelaku hingga meneruskan aktivitas orientasi seksual yang dilakukan pelaku padanya pada orang lain. Umumnya mereka juga berada dalam tekanan dan ancaman sehingga takut melaporkan yg mereka alami. Sebaliknya saat kasus terungkap mereka juga mengalami tekanan batin akibat rasa malu. Bagaimana memutuskan mata rantai tersebut agar korban tidak menjadi pelaku, serta bagaimana memulihkan kesehatan mental korban agar kembali menjadi normal tanpa terus tersugesti oleh peristiwa yang dialami?
Dr. Shinta : Memberi edukasi dan penanganan yg menyeluruh bagi korban. Krn ketika seseorang menjadi korban maka terjadi trauma yg luar biasa pd korban. Selain edukasi dan penanganan secara komprehensif. Wawancara yg lebih mendalam. Apakah korban perlu minum obat atau tidak. Yg juga harus dilakukan adalah refrem memori pada korban. Harapannya korban bisa menerima peristiwa itu dg baik dan akhirnya bisa mengambil hikmah secara positif dan tau bahwa perbuatan yg seperti itu adalah sebuah kejahatan yg dilarang oleh semua agama
Amzal Xavier : Apakah klinik jiwa Dewanta memiliki pelayanan sosial mendampingi anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual agar minimal mereka dapat sembuh dari trauma dan tidak menjadi pelaku?
Dr. Shinta : Ya kami di klinik Dewanta Mental Healthcare memberikan pelayanan yg komprehenaive untuk pendampingan anak2 yg mengalami trauma apapun penyebabnya selain kami psikiater kami juga memiliki psikologi klinis baik untuk remaja dan dewasa maupun anak. Sekarang yg terpenting bagaimana menyadarkan masyarakat bahwa masalah gangguan perasaan dan pikiran itu penting mendapat perhatian jangan menganggap remeh masalah tersebut karena kalau tidak ditangani sejak awal akan menjadi cikal bakal orang mengalami gangguan jiwa. Jangan ke psikiater setelah sakit tapi datanglah ketika masih awal sehingga gangguan jiwa bisa dicegah. Anak2 yg mengalami trauma seks kelihatannya saat ini tidak mengalami gangguan apa2 tapi kalau tidak ditangani dengan baik maka dikemudian hari anak2 tersebut bisa mengalami gangguan jiwa bahkan bisa menjadi predator sex yg lebih hebat dari pelaku.
Posted in Healty