Dr. Dewa Putu Sahadewa
Pecinta Teater.
Seni pertunjukan teater modern di Kota Kupang terasa berdenyut lebih kencang pasca tertidur pulas oleh karena pandemi covid 19 dan beberapa hal lainnya. Kalau saya tidak salah merasakan, maka saya boleh mengatakan episentrumnya ada di Taman Budaya. Dalam satu tahun terakhir saja beberapa seri pementasan teater tergelar dengan semarak. Bahkansebanyak 64 orang perwakilansiswa se daratan Timor nampak begitu bersemangat mengikuti workshop teater yang dilaksanakan sebagai bagian dari program akbar Kemah Budaya Pelajar sedaratan Timor tahun 2024, yang dihelat UPTD Taman Budaya Gerson Poyk NTT. Siswa SMA dari beragam sekolah, berbagai daerah,dari bermacam pengalaman berteater, dengan dimentori oleh beberapa peserta workshop teater sebelumnya.
Memberi kesempatan siswa mengikuti workshop teater, memberi kesempatan jebolan workshop teater sebelumnya untuk melatih, sesungguhnya telah menjadi program penciptaan ekosistem yang indah bagi dunia perteateran di Kota Kupang dan NTT. Saya menyaksikan sendiri kemampuan mentor teater dalam mengelola proses latihan hingga mewujud sebagai pementasan semi kolosal di malam penutupan Kemah Budaya.
Terlepas dari berbagai kelemahan yang masih ada pada kebanyakan penampil pemula, tapi dari respon penonton, dari rasa haru setelah pementasan, dapat dikatakan pementasan,
yang menjadi akumulasi dari proses yang tergolong singkat ini, cukup berhasil.
MenurutRuscitadewi (2020), yang menuliskan buku Nadi Teater, yang merupakan BBhasil dari kajian terhadap pementasan teater yang tergolong mampu menyiapkan aktor teater untuk masuk kedalam karakter yang diperankan dengan penyatuan pikiran, laku, dan ucapan, sebagai satu kesatuan yang utuh di panggung pementasan, keberhasilan suatu pementasan teater modern dapat dinilai dari kesan yang dirasakan oleh penonton. Penonton dapat terbawa secara emosional, ditandai oleh perasaan merinding, atau respon lainnya sebagai reaksi atas pembawaan peran, atau konflik yang disajikan.
Menyaksikan pementasan teater semi kolosal yang dibawakan generasi muda, yang bahkan ada baru pertama kalinya bersentuhan dengan dunia teater ( testimoni siswa sekolah kekhususan olah raga) terbersit harapan besar akan semakin marak tumbuh aktor dan grup teater yang mampu mendampingi pegiat teater macam Decky Seo denganTeater SATU Timor, Silvester Hurit dengan Nara Teater di Flores, Lanny Koroh dan Linda Tagie dengan Teater Perempuan Biasa, Ragil Sukriwul dan Abdy Keraf dengan beberapa nomor monolog yang menakjubkan, Ama Djoko bersama Bengkel Teater Kupang, juga Mezra Pellondou dengan Teater UKIM bahkan UKIM juga punya Teater Cilik UKIM.
Proses membangun generasi baru teater modern di Kota Kupang tentu bukan masalah berlatih dalam ajang workshop sekian hari, untuk kemudian tampil di atas panggung dan kemudian berpuas diri. Merujuk pada Putu Wijaya, pendiri dan sutradara Teater Mandiri, berlatih dan bermain teater adalah proses penempaan diri seumur hidup, berlatih teater itu bukan hanya untuk menjadi aktor semata tapi untuk kehidupan. Belajar memahami kebebasan tanpa menghalangi kebebasan orang lain, dan berproses menuju kedewasaan. Sejalan dengan pendapat tokoh sentral teater modern Indonesia di jamannya, Rendra ,yang menyebut bahwa seniman, khususnya teater, harus peka terhadap getaran kehidupan. Teater bukan hanya wadah hiburan masyarakat tapi wadah pengembangan diri, perjuangan keadilan di segala bidang, pengembangan masyarakat dan pembangunan karakter bangsa. Kedua tokoh teater nasional ini sepakat akan satu hal yakni berkarya adalah peristiwa spirituil, bahkan Rendra secara tegas menyatakan berkarya adalah laku ibadah.
Untuk itu para penggerak teater di Kota Kupang yang sudah berjuang puluhan tahun (tahun 2024 adalahtahunke 32 bagi Teater SATU Timor) , sepertiDecky Seo, misalnya, mesti mendapat dukungan yang memadai dan kesempatan seluas-luasnya untuk berlatih dan berkarya. Demikian juga anak muda yang bahkan sudah mampu menjadi sutradara semacam Kyrie Messakh, harus terus didorong untuk tampil kedepan. Penyebutan kedua nama ini bukan untuk menafikan nama-nama lain yang terus konsisten berkarya di dunia teater modern, tapi hanya untuk memberi contoh nyata bahwa ada keseimbangan antar generasi di dunia teater Kota Kupang. Ini berarti harapan besar untuk semakin berkembangnya kehidupan teater modern.
Di beberapa daerah kesempatan itu bisa bernama Festival Teater, Lomba Drama Modern, Pentas Teater dalam rangka, atau apavsaja. Di Kota Kupang dapat ditemukan-saat sebelum Pandemi, pementasan monolog, pentas Teater Perempuan Biasa, dan beberapa pementasan mandiri yang sangat perlu dihidupkanbkembali di samping ajang temu teater ala UPTD Taman Budaya Gerson Poyk NTT yang menjadi ajang kreatif sekaligus silaturahmi di kalangan pegiat teater NTT.
Sementara itu setelah beberapa workshop teater, di kalangan pegiat teater baik teater sekolah ataupun sanggar umum, semestinya melanjutkan terus penempaan diri sebagai insan teater.
Maksud saya agar mereka tidak hanyamenunggu program pemerintah, atau menunggu momen hari raya, untuk menyiapkan karya. Momen harus diciptakan, momentum jangan dilewatkan. Seperti pesan Umbu Landu Paranggi untuk terus Tanam Taman, terus menanamkan segala macam ilmu kedalam diri masing-masing agar tercipta taman kehidupan yang indah dan semarak.
Mengacu pada pencapaian beberapa grup teater ditingkat nasional, baik yang bergaya realis maupun mengusung gaya postmodernisme, atau bahkan yang mengusung gaya postdramatic, senimanteater Kota Kupang, khususnya di kalangan generasi muda, harus memacu kemampuan dan wawasan lebih kencang. Dengan arus deras informasi dan dokumentasi karya macam media youtube, mereka dapat membuka“ pergaulan” nasional bahkan internasional akan karya teater terkini. Sehingga pada kedalaman laku tetap mengakar pada budaya yang kaya, pada peristiwa yang layak disuarakan,serta berpuncak pada kualitas penampilan yang berkelas.
Mengakar pada budaya bukan berarti menampilkan seni teater tradisional apa adanya, apalagi hanya menempel-nempelkan busana, tarian, lagu, dialog, sebagai kemasan aksesoris, tetapi lebihkepada spirit, karakter, kekuatan alam dan budaya itu sendiri. Menyuarakan peristiwa yang layak disuarakan memiliki pengertian bahwa di sekitar kita begitu banyak kesedihan bencana, ketidakadilan, sekaligus tragedi, juga komedi, yang setiap hari berkelindan di depan mata, di lini masa, di layar pranala yang dapat menjadi inspirasi dan bahan yang layak diolah menjadi karya yang memberi arti kehadiran diri dan kelompok teater Kota Kupang.
Jika generasi teater modern sebelumnya mampu eksis sampai kini dan mampu menjadi panutan, jika berbagai stake holder turut berperan aktif, mengingat bahwa teater sebagai salah satu jalan pembangunan karakter bangsa, penguat jatidiri masyarakat, bahkan dapat menjadi satu bentuk terapi seni, yang sangat dibutuhkan oleh generasi millennial, generasi Z, generasi strawberry,tentu generasi muda teater Kota Kupang dapat lebih bergairah untuk berlatih teater, membentuk kelompok teater, aktif berpentas , aktif berkarya atau juga mengikuti ajang lomba sampai ke tingkat nasional bahkan internasional.
Mengutip pendapat dr Shinta Widari,SpKJ, seorang Psikiater senior NTT, dan Pembina SanggarDedari Dewanta Kupang, bahwa berlatih teater merupakan salah satu bentuk ekspresi emosi yang sangat berguna untuk mengatasi stress. Di samping untuk mengembangkan otak kanan anak muda yang sangat berguna untuk mengasah kepekaan rasa, kekuatan memori dan kreatifitas. Serta jika sudah berhasil mementaskan karya, akan memberikan rasa bahagia atau haru, akan memicu pengeluaran hormon endorphin yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan pengembangan kepribadian seorang manusia.
Sungguh besar harapan kita akan lahir terus menerus generasi baru teater modern Kota Kupang, generasi yang lebih maju dalam karya dan prestasi. Sekaligus melahirkan generasi yang tangguh, pemimpin yang peka dan cerdas,cinta kebebasan dan keadilan. Jangan biarkan episentrum yang telah diciptakan Pemimpin Taman Budaya NTT, hanya menjadi riak sesaat. Semoga justru menjadi gelombang yang konsisten menggedor dan meneror pikiran kita( Putu Wijaya ) , menyebar kesegala arah baik sekolah, masyarakat, Pemerintah Daerah, pemerintah pusat ( KementrianKebudayaan) dan keluarga.
Artikel ini menjadi salah satu pemantik Diskusi Forum Kajian Kesenian Khususnya Cabang Seni Teater yang dilakukan Taman Budaya Gerson Poyk Propinsi NTT, Jumat 15 November 2024.
Posted in Opini