Home » Uncategorized » Rp 700 M Lenyap dalam 3 Bulan Gegara Berbagai Modus Penipuan OnLine

Home » Uncategorized » Rp 700 M Lenyap dalam 3 Bulan Gegara Berbagai Modus Penipuan OnLine

Rp 700 M Lenyap dalam 3 Bulan Gegara Berbagai Modus Penipuan OnLine

prakarsa
Selasa, 11 Februari 2025 | 18:47 WIB
penipuan-online

Ilustrasi penipuan online

Jakarta – PrakarsaNews,com. Otoritas Jasa Keuangan mencatat 42.257 laporan penipuan masuk dalam Indonesia Anti Scam Center (IASC) per 9 Februari 2025. Kasus penipuan tersebut terkait layanan jasa keuangan.
Dari total laporan tersebut, sebanyak 40.936 laporan sudah diverifikasi dengan total kerugian Rp 700 miliar dalam kurun waktu tiga bulan.

Sementara total rekening bank yang telah terverifikasi sebanyak 70.390 rekenin

“Yang sudah kita blokir adalah 19.980 rekening. Total dana kerugian masyarakat dalam waktu tiga bulan adalah Rp 700 miliar, dan sudah kita blokir sekitar Rp 100 miliar, sekitar 15%. Sekali lagi saya sampaikan, kecepatan korban dalam melaporkan ini akan sangat menentukan berapa besar (nominal) yang bisa kita selamatkan dari korban penipuan tersebut,” terang Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi, dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2025, di Jakarta Convention Center, Selasa (11/2/2025).

Perempuan yang biasa disapa Kiki in menjelaskan dari berbagai aduan yang masuk dalam IASC, ada beberapa modus yang sering dilaporkan. salah satunya penipuan transaksi belanja online.

“Sudah transfer barangnya, ternyata tidak ada. Itu paling sering. Kemudian, penipuan yang berkedok atau investasi. Seolah-olah merasa berinvestasi, tapi ternyata tidak pernah ada dan juga telanjur transfer,” jelas Kiki.


Kemudian, modus penipuan mendapatkan hadiah, tetapi pajaknya perlu dibayarkan lebih dulu. Korban terlanjur transfer untuk pembayaran pajak, yang rupanya itu hanya kedok penipu.

“Ketika dilaporkan dan ketika itu cepat, itu bisa kemudian di-recover. Ada pula fake call, kemudian penipuan melalui media sosial. Ini hati-hati, modal DM (direct message) di Instagram juga sangat banyak. Saya sendiri pernah mengalami yang seperti itu,” ungkap Kiki.

Kiki menjelaskan perlu berhati-hati dengan modus melalui media sosial, karena penipu biasanya sudah melakukan profiling. Sehingga, penipu jadi bisa mengetahui nama panggilan kita untuk mempermudah aksi menipunya.

“Kemudian, penipuan penawaran kerja. Ini juga banyak kita baca di media-media, banyak sekali menjadi korban penipuan kerja. Ada juga banyak dilaporkan korban soceng, atau social engineering. Kemudian pinjol fiktif, kemudian pengiriman file aplikasi melalui Whatsapp yang kemudian rekeningnya tersedot keluar,” terangnya lebih lanjut.

Bahkan juga ada juga love scam. Hal ini berupa korban yang sudah telanjur mengirim uang lantaran merasa punya ikatan atau relationship tertentu dengan orang lain, yang padahal itu seorang penipu.

“Ini juga terkait deep fake AI (artificial intelligence). Ini sangat mengkhawatirkan, terutama kalau mungkin kita kena deep fake AI seperti yang beberapa waktu lalu kita dengar. Menirukan pejabat tinggi negara dan lain-lain, kita mungkin masih bisa aware. Tetapi bagaimana kalau itu deep fake untuk menirukan wajah orang tua kita kakak kita, adik kita, anak kita yang kemudian itu semua bisa sangat mudah,” tandasnya.


Dari total laporan tersebut, sebanyak 40.936 laporan sudah diverifikasi dengan total kerugian Rp 700 miliar dalam kurun waktu tiga bulan.

Sementara total rekening bank yang telah terverifikasi sebanyak 70.390 rekening.

“Yang sudah kita blokir adalah 19.980 rekening. Total dana kerugian masyarakat dalam waktu tiga bulan adalah Rp 700 miliar, dan sudah kita blokir sekitar Rp 100 miliar, sekitar 15%. Sekali lagi saya sampaikan, kecepatan korban dalam melaporkan ini akan sangat menentukan berapa besar (nominal) yang bisa kita selamatkan dari korban penipuan tersebut,” terang Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi, dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2025, di Jakarta Convention Center, Selasa (11/2/2025).

Perempuan yang biasa disapa Kiki in menjelaskan dari berbagai aduan yang masuk dalam IASC, ada beberapa modus yang sering dilaporkan. salah satunya penipuan transaksi belanja online.

“Sudah transfer barangnya, ternyata tidak ada. Itu paling sering. Kemudian, penipuan yang berkedok atau investasi. Seolah-olah merasa berinvestasi, tapi ternyata tidak pernah ada dan juga telanjur transfer,” jelas Kiki.

Baca juga:
OJK Sebut Masih Ada 10 Perusahaan Pinjol Kurang Modal
Kemudian, modus penipuan mendapatkan hadiah, tetapi pajaknya perlu dibayarkan lebih dulu. Korban terlanjur transfer untuk pembayaran pajak, yang rupanya itu hanya kedok penipu.

“Ketika dilaporkan dan ketika itu cepat, itu bisa kemudian di-recover. Ada pula fake call, kemudian penipuan melalui media sosial. Ini hati-hati, modal DM (direct message) di Instagram juga sangat banyak. Saya sendiri pernah mengalami yang seperti itu,” ungkap Kiki.

Kiki menjelaskan perlu berhati-hati dengan modus melalui media sosial, karena penipu biasanya sudah melakukan profiling. Sehingga, penipu jadi bisa mengetahui nama panggilan kita untuk mempermudah aksi menipunya.

“Kemudian, penipuan penawaran kerja. Ini juga banyak kita baca di media-media, banyak sekali menjadi korban penipuan kerja. Ada juga banyak dilaporkan korban soceng, atau social engineering. Kemudian pinjol fiktif, kemudian pengiriman file aplikasi melalui Whatsapp yang kemudian rekeningnya tersedot keluar,” terangnya lebih lanjut.

Bahkan juga ada juga love scam. Hal ini berupa korban yang sudah telanjur mengirim uang lantaran merasa punya ikatan atau relationship tertentu dengan orang lain, yang padahal itu seorang penipu.

“Ini juga terkait deep fake AI (artificial intelligence). Ini sangat mengkhawatirkan, terutama kalau mungkin kita kena deep fake AI seperti yang beberapa waktu lalu kita dengar. Menirukan pejabat tinggi negara dan lain-lain, kita mungkin masih bisa aware. Tetapi bagaimana kalau itu deep fake untuk menirukan wajah orang tua kita kakak kita, adik kita, anak kita yang kemudian itu semua bisa sangat mudah,” tandasnya. (Detikfinance)

Posted in

BERITA TERKAIT

TERPOPULER

TAG TERPOPULER

HEALTY

LIFESTYLE

OTOMOTIF

BERITA LAINNYA

Pakar Keuangan Ini Sebut Kripto Bukan Investasi Baik

Pakar keuangan pribadi Dave Ramsey, melalui perusahaannya Ramsey Solutions menyatakan kripto bukanlah…

Keuangan
Jun
15
2024

Pendaftaran Calon Paskibra 2025 dibuka 10 Hingga 24 Februari

Kota Kupang – PrakarsaNews.com Badan Pembinaan Idiologi Pancasila (BPIP) resmi…

Kota Kupang
Feb
11
2025

Ex Kapolres Ngada Memesan Anak Perempuan Melalui Aplikasi Michat

PrakarsaNews.com, Jakarta, — Kapolres Ngada nonaktif AKBP Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja memesan anak perempuan…

Nasional
Mar
17
2025

Karaba Kornelius Bire, gelora jatuh Bangun usaha mikro. “Kami butuh bantuan pemerintah’

Empat puluhan Tahun lalu,  KARABA, Pemuda desa  Bido, kec. Sabu…

Bisnis
Jun
07
2025

Dapat Aset dari Ko Apex, Dinar Candy Sesumbar: Aku Keluar Uang Lebih Banyak

Dinar Candy dan Ko Apex melalui jalan yang tak mudah…

Gosip
Jun
15
2024

Kondisi Korban Erupsi Gunung Api Ile Lewotobi Tidak Baik Baik Saja, PERLU Perhatian Kita Semua”

PrakarsaNews.com. Kondisi pengungsi korban erupsi gunung api Ile Lewotobi sedang…

Flobamora
Nov
19
2024